Friday 1 January 2010

Berhubungan seks hanya dialami kaum pria

Siapa bilang masalah dalam berhubungan seks hanya dialami kaum pria? Buktinya, semakin banyak kaum wanita yang melakukan orgasme palsu dengan alasan demi memuaskan pasangannya. Benarkah?

Vivi (29) baru saja ‘perang dingin’ dengan suaminya, Ardi (33). Pasalnya, Ardi merasa tersinggung ketika mendengar pengakuan Vivi, yang terlontar dalam candaan dan obrolan santai menjelang tidur. Ternyata istri yang telah dinikahinya selama lima tahun itu mengaku sering pura-pura orgasme atau fake orgasm dalam berhubungan seks dengannya. Entah mengapa, Ardi merasa seperti dipermalukan dan direndahkan dengan pengakuan itu. Pengakuan Vivi tepatnya lebih menyinggung ego dan rasa kelaki-lakiannya. Meskipun Vivi berusaha memberikan penjelasan logis mengenai perbuatannya itu, sekaligus minta maaf karena menyinggung perasaan suaminya itu, tetap saja Ardi merasa ‘tertampar’ harga dirinya. Untuk apa Vivi melakukan itu? Apakah sebagai suami ia tidak bisa memberikan kepuasan seks pada istrinya? Dan berpuluh pertanyaan lainnya berputar di kepala Ardi sampai berhari-hari kemudian. Ingin bertanya langsung pada istrinya ia malu. Sedangkan untuk berkonsultasi pada dokter ia lebih gengsi. Akhirnya, Ardi berusaha menemukan jawabannya lewat informasi di internet. Tetap saja, ia merasa ada yang kurang dan terasa hambar dalam berhubungan dengan istrinya, meskipun ‘perang dingin’ itu telah selesai. Karena ia tidak pernah bisa tahu apa yang menjadi masalah dalam pertikaian kecilnya bersama istrinya.

Apa yang terjadi pada pasangan Vivi dan Ardi, bukannya tidak mungkin juga pernah dialami oleh jutaan pasangan suami istri lainnya. Ketika kepura-puraan telah masuk dalam wilayah hubungan emosional sepasang suami istri, maka ego dan harga diri yang akan terluka. Bukannya tidak mungkin, hal ini malah akan memberikan dampak psikologis jangka panjang hingga mengakibatkan kerusakan besar dalam rumah tangga.

Hubungan seksual semestinya dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan kedua pihak suami dan istri, sekaligus bentuk pelepasan rasa cinta. Artinya, hubungan seks yang didasari oleh rasa saling cinta akan lebih menyenangkan, di mana masing-masing berusaha memuaskan pasangannya. Namun, pada kenyataannya banyak pasangan mengalami gangguan atau hambatan dalam berhubungan seksual. Tidak percaya? Coba saja amati beberapa rubrik tanya jawab seputar suami-istri di berbagai media, atau tanyakan pada para pakar seks seputar pengalaman di klinik mereka. Dari sebuah survey di Amerika yang dilakukan kepada 15 ribu orang pria dan wanita, sebanyak 75% wanita menyatakan kalau mereka sering pura-pura orgasme ketika berhubungan seks dengan pasangannya. Wow...!!

Hak orgasme

Mungkin Anda menganggap biasa jika yang memiliki masalah gangguan seksual adalah kaum pria, apalagi masalahnya selain soal disfungsi ereksi, ejakulasi dini, atau sperma yang terlalu encer. Tapi, jangan lupa kalau hubungan seks menyangkut dua insan-pria dan wanita, yang keduanya berhak memperoleh kepuasan yang sama. Jadi, masalah gangguan seksual pun dialami kaum wanita. Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd menyebutnya sebagai disfungsi seksual.

Menurut Wimpie, dari sekian banyak masalah disfungsi seksual (DS) pada wanita, salah satunya adalah hambatan orgasme. "Dorongan dan fungsi seksual normal, namun sulit mencapai orgasme," kata Wimpie. Bahkan ada wanita yang baru mengetahui adanya istilah orgasme dari bacaan, dan ia baru mengetahui bahwa seorang wanita pun bisa mencapai klimaks saat berhubungan intim. Mungkin aneh kedengarannya, apalagi wanita itu sudah punya dua anak. Tapi ada juga seorang wanita baru mengetahui tentang orgasme lewat obrolan bersama rekan kerja wanitanya yang mengaku selalu terpuaskan setiap berhubungan intim dengan suaminya.

Mengingat terkaitnya peran pria dalam hubungan ini, tak jarang pria pun merasa 'terusik' apabila tak berhasil memuaskan pasangannya. Yang sangat mengherankan, namun terjadi, terkadang pria juga tidak mengetahui bahwa pasangannya tidak mencapai titik orgasme. Tapi juga bukan rahasia jika pada tipe pria tertentu yang bersikap 'masa bodoh' tentang kepuasan pasangannya, yang penting dirinya terpuaskan. "Kepuasan seksual timbul setelah seseorang mencapai orgasme, yakni puncak reaksi seksual. Dan puncak ini tercapai apabila seseorang menerima rangsangan seksual yang efektif-baik melalui hubungan seksual maupun cara lain," papar Wimpie.

Mengapa orgasme begitu diinginkan? Karena orgasme merupakan suatu kondisi di mana seseorang merasakan suatu sensasi erotik yang menyenangkan. "Sensasi erotik yang tercapai ketika orgasme, ditambah lagi dengan kesenangan secara psikis. Inilah yang dinamakan kepuasan seksual yang sesungguhnya," tegas Guru Besar Universitas Udayana Bali, ini. Banyak hal bisa terjadi saat hubungan seksual. Adakalanya seseorang dapat mencapai orgasme – merasakan sensasi erotik yang menyenangkan – namun secara psikis tidak merasa senang. Kondisi ini menyebabkan tidak tercapainya kepuasan seksual, di mana seseorang melakukan hubungan seks hanya karena dorongan seksual tanpa disertai keterlibatan emosi. Menurut Wimpie keterlibatan faktor emosi sangat mempengaruhi kualitas hubungan seksual.

Awas orgasme palsu!

Berbeda dengan pria yang umumnya mencapai puncak seksual dengan ditandai dengan ejakulasi, wanita tidak memiliki tanda/ciri yang nyata saat mencapai klimaks. "Organ genital pria atau daerah peka rangsang pada pria jauh lebih luas dibandingkan wanita, sementara wanita memiliki struktur organ genital yang lebih sempit daerah peka rangsangnya, dalam hal ini klitoris," jelas Wimpie.

Pada umumnya, kegagalan orgasme adalah masalah wanita, hanya sedikit pria yang mengalaminya. Kadang ditemui, wanita yang selama pernikahannya melakukan 'orgasme palsu' alias pura-pura orgasme, dengan berbagai alasan. Ada yang melakukannya demi kepuasan suami (tak ingin mengecewakan suami) atau sebab lain yang tak jelas. Apapun alasannya, kegagalan orgasme (anorgasmia) sangat tidak menguntungkan bagi wanita. Tapi apa yang menjadi penyebabnya? Prof. Wimpie menjabarkannya menjadi dua; anorgasmia primer dan anorgasmia sekunder. "Wanita yang tidak pernah mencapai orgasme setiap kali melakukan hubungan seksual disebut dengan anorgasmia primer. Sedangkan wanita yang pernah mencapai orgasme secara teratur, lalu kemudian karena satu dan lain hal mengalami kegagalan orgasme disebut dengan anorgasmia sekunder." Dan bicara tentang kegagalan orgasme, maka ada dua penyebab yakni; faktor fisik dan psikis.

Beberapa faktor fisik berupa penyakit yang mengganggu persarafan termasuk pada organ intim – dapat mengusik hubungan seksual, misalnya penyakit diabetes (kencing manis). Penyakit lainnya adalah yang berkaitan dengan gangguan aliran darah, termasuk aliran darah pada vagina, gangguan hormonal, infeksi menahun pada organ intim, dan penyakit menahun lainnya yang mempengaruhi kondisi tubuh secara umum. Cara terbaik mengatasinya, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter atau seksolog.

Selain faktor fisik, faktor psikis sangat memegang kontribusi besar dalam menyangkut kegagalan orgasme. Masalahnya bisa bermacam-macam, seperti lingkungan masa kecil yang selalu dipenuhi pandangan negatif dalam memandang seks, trauma seksual pada masa kanak-kanak atau remaja, perasaan bersalah/berdosa setiap melakukan hubungan seksual, tidak ada komunikasi dengan pasangan, sikap suami yang tidak menyenangkan sebelum hubungan seksual dilakukan, bau badan yang mengganggu, perilaku seksual yang monoton atau membosankan, tidak cukup menerima rangsang dari pasangan, posisi yang nyaman, penelitian membuktikan bahwa posisi wanita di atas lebih memungkinkan untuk tercapainya orgasme, dan terkait masalah gender, bahwa pria pasangannya, antara lain: ejakulasi dini, disfungsi ereksi.

Selain berkonsultasi dengan seksolog atau psikiater, cara terbaik mengatasinya adalah para suami juga bisa mulai mempelajari cara-cara memuaskan istrinya agar tidak perlu lagi berpura-pura orgasme. Yang paling utama adalah memahami peran istri dalam kehidupan rumah tangga Anda. Ingatlah kalau seorang wanita selalu mengikutsertakan perasaannya dalam segala keadaan, bahkan ketika sedang berhubungan seks dengan suaminya. Dalam hati dan pikirannya masih malang melintang berbagai persoalan, apakah anaknya tidur dengan nyenyak, konflik dengan keluarganya, uang belanja yang menipis, apakah dirinya masih seseksi dan semenarik ketika masih lajang, dan banyak lagi masalah lainnya. Pahamilah hal itu dan berusahalah mengerti dirinya, mendorongnya untuk bisa lebih santai dan menikmati hubungan seks, serta jangan terlalu menuntutnya untuk selalu bisa memuaskan suaminya. Jangan lupa juga untuk memanjakannya sesekali dalam berhubungan seks karena bagaimana pun seorang istri memiliki peran ganda yang tidak mudah untuk diperankan. Biarkan seorang istri menjadi dirinya sendiri ketika sedang berduaan dengan suaminya. Jauhkan pemikiran negatif dari pikiran, baik suami maupun istri, sehingga tidak ada satu pun ego atau harga diri yang terluka. Jangan pernah lupa bahwa hubungan seks yang sehat harus bisa memuaskan kedua belah pihak. Berkomunikasilah agar kejujuran bisa terungkap. So, be fair...

No comments:

Post a Comment